oleh:
Muchamad Fauzan, M. Pd
Abstrak:
Sebuah perguruan tinggi hendaknya
tidak memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa saja, tetapi juga
pembinaan karakternya agar mahasiswa menjadi lulusan yang siap secara akademis
dan berkarakter. Dengan penyisipan dan pengintegrasian pemahaman dan penguasaan
berbagai kaidah penulisan karya ilmiah berprinsip ESQ 165, mahasiswa STAIN
Pekalongan diharapkan dapat menulis karya ilmiah dengan baik dan benar sekaligus
menjadi penulis karya ilmiah yang berkarakter. Karena kegiatan menulis karya
ilmiah berprinsip ESQ 165 ini merupakan sebuah
metode dan konsep menulis karya ilmiah yang melibatkan pembangunan kecerdasan
emosional spiritual (ESQ) penulisnya.
Kata Kunci: Pembangunan Karakter, Karakter Mahasiswa, Karya
ilmiah
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No 20 Tahun 2003).
Selanjutnya disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan
nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
Mahasiswa sebagai peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan satuan pendidikan tertentu. Oleh karena
mahasiswa merupakan subyek didik di pendidikan tinggi, maka dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan pembimbingan kemahasiswaan
yaitu pembimbingan seluruh kegiatan mahasiswa sebagai peserta didik selama
dalam proses pendidikan termasuk pembimbingan dalam menulis karya ilmiah.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kedudukan
karya ilmiah di perguruan tinggi adalah
sangat penting dan merupakan
bagian dari tuntutan formal akademik yang tidak asing bagi mahasiswa. Keberadaannya membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah atau tugas penelitian seperti: pembuatan karya ilmiah, skripsi,
tesis, laporan penelitian dan lainnya.
Banyak fakta yang dijumpai penulis selama mengampu mata
kuliah bahasa Indonesia di STAIN Pekalongan, khususnya dalam mengajarkan dan
membimbing mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah. Sebagian kecil mahasiswa mengatakan menulis karya
ilmiah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan bagai mengepulkan asap rokok.
Hal ini disebabkan oleh pemahaman mereka terhadap metodologi penulisan karya
ilmiah itu sendiri, di samping modal dasar kemampuan berbahasa tulis yang sudah
dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Namun, bagi sebagian besar mahasiswa menulis
karya ilmiah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bagaikan mengkanvaskan cat
pada angin karena mereka belum memiliki modal dasar kemampuan berbahasa tulis
dan belum memahami metodologi penulisan karya ilmiah itu sendiri. Fakta yang
lain menunjukkan bahwa ada mahasiswa yang pandai menulis karya ilmiah, tetapi
tidak bisa membicarakan tulisannya. Namun, ada juga mahasiswa yang pandai
menyampaikan dan menulis karya ilmiah.
Hal senada diungkapkan Djuharie
(2005:121-122), bahwa hambatan menulis dipengaruhi faktor eksternal dan
internal. Selain faktor eksternal seperti situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan menulis, khusus tentang hambatan menulis karya ilmiah yang sering
dialami oleh mahasiswa adalah berupa faktor internal di antaranya cakrawala
keilmuan yang masih sempit dan faktor psikologis yang cukup dominan
berpengaruh. Demikian halnya, semakin banyak tugas studi serta mahalnya biaya
pendidikan mendorong mahasiswa menjadi mahasiswa yang pragmatis dalam mencapai
cita-citanya. Mahasiswa cenderung tidak dapat mengatasi hambatan psikologis
yang dapat menghambatnya untuk melakukan kegiatan akademik yang menuntut
konsentrasi penuh. Dorongan untuk menulis karya ilmiah dengan memperhatikan
prinsip penulisan, metodologi penulisan, dan kode etik penulisan karya ilmiah
tidak lagi diperhatikan, padahal hal ini sangat penting dalam pembentukan karakter
mereka. Mereka membuat karya ilmiah hanya sekedar untuk melengkapi tugas
perkuliahan saja atau dapat dikatakan asal yang penting jadi. Mereka tidak
mengambil manfaat dari pembuatan karya ilmiah itu sendiri. Sebab dalam
penulisan karya ilmiah, penulis harus jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan
atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Penulis harus menghindarkan diri
dari tindak kecurangan atau sering disebut plagiat. Dengan demikian, menulis
karya ilmiah apabila dilakukan dengan benar maka mahasiswa akan terbangun sikap
ilmiah dan karakternya yaitu menjadi pribadi yang selalu ingin tahu, kritis,
objektif, dan lain sebaginya.
Menyadari akan arti penting dan
manfaatnya menulis karya ilmiah bagi pembangunan karakter mahasiswa, maka perlu
disusun kurikulum pembinaan karakter yang berkesinambungan dan terintegrasi
dalam perkuliahan, dimana proses tersebut juga melibatkan dosen, karyawan, dan
lembaga lain dalam lembaga pendidikan tinggi, sehingga manfaat pembinaan
karakter dapat dirasakan. Salah satu bentuk konkretnya adalah mahasiswa perlu
diberikan pembinaan dan bimbingan mengenai manajemen spiritual (Spiritual
Management) dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa termasuk dalam
menulis akademik atau menulis karya ilmiah.
Oleh karena itu, dalam artikel ini
akan disajikan tinjauan konsep pembangunan karakter mahasiswa dan karya ilmiah
serta upaya pembangunan karakter mahasiswa melalui kegiatan menulis karya
ilmiah dengan berprinsip pada satu rukun ihsan, enam rukun iman, dan lima rukun
islam.
B.
Arti Penting Pembangunan Karakter
Mahasiswa
1.
Pengertian Karakter Mahasiswa
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa
Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara
istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia
mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Sementara, Hill dalam Crisiana (2005:
84) mengungkapkan bahwa, “Character determines someone’s private thoughts
and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what
is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation.” Sedangkan,
definisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
Karakter yang menjadi acuan seperti
yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character
Counts! Coalition ( a project of The
Joseph Institute of Ethics). Enam
jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi:
berintegritas, jujur, dan loyal.
2) Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki
pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
3) Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki
sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan
sekitar.
4) Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu
menghargai dan menghormati orang lain.
5) Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar
hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
6) Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang
bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik
mungkin.
Jadi,
karakter dalam bahasan ini adalah nilai-nilai
perilaku yang menjadi ciri khas mahasiswa atau sekelompok mahasiswa yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
2.
Pentingnya Pembangunan Karakter
Mahasiswa
Perhatian Pemerintah terhadap pengembangan pendidikan
karakter sangat besar, hal ini ditunjukkan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudoyono pada puncak acara Hardiknas 2010, memberikan penghargaan kepada para
guru yang telah berhasil mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter di
sekolahnya. Pada kesempatan yang sama Mendiknas M. Nuh mengatakan bahwa
pendidikan karakter sangat penting, beliau mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa, karakter yang
dijiwai nilai-nilai luhur bangsa.
Kondisi riel saat ini karakter bangsa Indonesia semakin
lemah, hal ini dapat dilihat makin banyak gejala penyalahgunaan kewenangan,
kekuasaan, kecurangan, kebohongan, ketidakjujuran, ketidakadilan,
ketidakpercayaan. Penegak hukum yang semestinya harus menegakkan hukum,
ternyata harus dihukum; para pejabat yang seharusnya melayani masyarakat, malah
minta dilayani; anak didik kita kurang percaya diri dalam menghadapi setiap
persoalan, ini sebagian fenomena yang kita hadapi sehari-hari, dan ini semua
bersumber dari karakter.
Anis Matta dalam Sofyan (2002) mensinyalir terjadinya
krisis karakter tersebut antara lain disebabkan oleh (a) hilangnya model-model
kepribadian yang integral, yang memadukan keshalihan dengan kesuksesan,
kebaikan dengan kekuatan, kekayaan dengan kedermawanan, kekuasaan dengan keadilan,
kecerdasan dengan kejujuran, (b) munculnya antagonisme dalam pendidikan moral,
sementara sekolah mengembangkan kemampuan dasar individu untuk menjadi
produktif, sementara itu pula media massa mendidik masyarakat menjadi
konsumtif.
Kondisi tersebut menyadarkan akan pentingnya pendidikan
karakter khususnya bagi mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin bangsa di masa
yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut, Agung (2011), menyebutkan
bahwa mahasiswa adalah golongan yang
harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa
merupakan kaum yang terdidik. Dengan ke”Maha”an yang melekat pada kata
Mahasiswa, artinya dari suatu hal yang besar dalam diri siswa. Bukan sekedar
siswa saja yang berperilaku sangat emosional, berpikir praktis, dan belum
tereksplornya potensi, maka ketika mahasiswa sifat tersebut berubah menjadi
santun, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, menerika kritikan, terbuka, dan
tanggap terhadap permasalahan di lingkungan.
Jadi, menyadari akan pentingnya pendidikan karakter bagi
mahasiswa tersebut, dibutuhkan suatu upaya pengembangan dan pengimplementasian
pendidikan karakter bagi mahasiswa di STAIN Pekalongan sebagai lembaga
pendidikan tinggi kependidikan Islam melalui kegiatan menulis karya ilmiah
berdasarkan prinsip satu ihsan, enam rukun iman, dan lima rukun Islam.
C.
Metodologi Penulisan Karya Ilmiah Berprinsip ESQ
165 (Satu Ihsan, Enam Rukun Iman, dan Lima Rukun Islam) sebagai Sarana
Pembentukan Karakter Mahasiswa
1.
Menulis Karya Ilmiah
Kita tentu masih ingat apakah menulis karya ilmiah
itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengerti dulu apa itu
menulis dan apa itu karya ilmiah. Merujuk pendapat
Tarigan ( 2008: 22), menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan
lambag-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.
Sedangkan karya ilmiah dapat
didefinisikan dalam berbagai definisi yaitu :
a.
Karya ilmiah merupakan
karya tulis tang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah
untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para
pembaca.
b.
Karya ilmiah merupakan
karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan, atau hasil penelitian
yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan (Ahmad, 2011: 166).
c.
Brotowidjoyo menyatakan
bahwa krya ilmiah merupakan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta-fakta yang
ditulis menurut metodologi penulisan secara baik dan benar (Karyanto, 2009:
99).
Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menulis karya ilmiah adalah kegiatan
yang memaparkan ide atau gagasan, pendapat, tanggapan, fakta, dan hasil
penelitian yang berhubungan dengan segala kegiatan keilmuan dalam bahasa tulis
dan menggunakan ragam bahasa keilmuan serta menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar.
2.
Jenis-jenis Karya Ilmiah yang Biasa Ditulis
Mahasiswa
Ada
beberapa jenis karya ilmiah yang biasa ditulis oleh mahasiswa, dilihat dari
tujuan penulisannya, karya ilmiah di bedakan menjadi dua jenis :
a.
Karya ilmiah untuk
memenuhi tugas-tugas perkuliahan, yaitu karya ilmiah, amakalah, dan laporan bab
atau laporan buku.
b.
Karya ilmiah yang
merupakan syarat yang dituntut mahasiswa ketika menyelesaikan program studi,
yaitu skripsa (untuk S1), tesis (untuk S2), dan disertasi (untuk S3).
3.
Prinsip-prinsip Penulisan Karya Ilmiah
Karya
ilmiah memiliki beberapa prinsip sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
a.
Objektif, yaitu setiap
pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan kepada data dan fakta. Keobjektifan penulis tampak pada setiap fakta dan
data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
b.
Sistematis, yaitu prosedur atau penyimpulan
penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif atau mengikuti pola pengembangan tertentu. Misalnya
pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dsb.
c.
Logis/Rasional, seorang
penulis karya ilmiah dalam menganalisis data harus menggunakan pengalaman dan
pikiran secara logis. Kelogisan
penulis pada karya ilmiah dapat dilihat pada pola nalar yang digunakannya.
d.
Menyajikan fakta, yaitu setiap pernyataan, uraian, atau kesimpulan dalam
karya ilmiah harus berbentuk faktual.
4.
Kode Etik Menulis Karya Ilmiah
Kode etik adalah seperangkat norma yang perlu
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan
pengutipan dan perujukan, perizinan terhadap bahan yang digunakan, dan
penyebutan sumber data.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus jujur menyebutkan
rujukan terhadap bahan atau pikiran yang di ambil dari sumber lain. Penulis
harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan atau sering disebut plagiat.
Plagiat merupakan penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan
sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat
sendiri (KBBI, 1997: 775).
Dalam penulisan karya ilmiah, rujukan-merujuk dan kutip-mengutip
merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari. Kegiatan ini dianjurkan, karena
perujukan dan pengutipan akan membantu perkembangan ilmu dan agar tidak
dikatakan sebagai tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau pemikiran sendiri.
5.
Manfaat Menulis Karya Ilmiah
Semua jenis karya ilmiah hendaklah ditulis dengan padat
serta disusun secara logis dan cermat. Melalui karya ilmiah, kita dapat
mengungkapkan pikiran secara sistematis, sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Sikumbang
dalam Karyanto (2009: 102-103) menyatakan bahwa ada enam manfaat yang diperoleh
dari menulis karya ilmiah, yaitu:
1)
Penulis akan terlatih
mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karangan
ilmiah, penulis harus membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan
topic yang akan dibahas.
2)
Penulis akan terlatih
menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan
mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3)
Penulis akan berkenalan
dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam catalog
pengarang atau catalog judul buku.
4)
Penulis akan dapat
meningkatkan ketrampilan dalam menyusun dan menyajikan fakta secara jelas dan
sistematis.
5)
Penulis akan memperoleh
kepuasan intelektual.
6)
Penulis dapat memperluas
cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Jadi, sudah menjadi pengetahuan kita bahwa menyusun karya
ilmiah memberikan manfaat yang sangat besar, baik bagi penulis maupun pembaca.
6.
Tahap-tahap Penyusunan Karya ilmiah
Penulis karya ilmiah hendaknya membaca
berbagai sumber dari berbagai aliran tentang topik yang sedang dibahas; membuat
sutau sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Kemudian memberikan simpulan;
dan memiliki kemampuan menganalisis, membuat sintesis, serta mengevaluasi yang merupakan
kemampuan mutlak.
Arifin dalam Karyanto (2007:107),
menyatakan bahwa dalam kegiatan penyusunan karya ilmiah termasuk karya ilmiah,
ada lima tahapan yang harus dilalui oleh para peneliti/penulis karangan ilmiah.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Persiapan, meliputi:
pemilihan masalah/topik, penentuan judul, dan pembuatan kerangka karangan
(outline);
b. Pengumpulan data, meliputi:
pencarian bahan bacaan (buku, majalah, koran dsb.), pengumpulan keterangan dari
pihak yang kompeten, pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti, percobaan
dan pengujian di lapangan atau laboratorium;
c. Pengorganisasian dan
pengonsepan, meliputi: pengelompokan bahan dan pengonsepan;
d. Pemeriksaan dan penyuntingan
konsep, yaitu pembacaan dan pengecekan kembali;
e. Penyajian, yaitu pengetikan hasil penelitian masalah/topik.
Jadi, dengan
menguasai dan memahami metodologi penulisan dan tahapan penyusunan karya ilmiah,
penulis akan tahu bagaimana cara menyusun sebuah makalah yang baik dan benar.
7.
Metodologi Penulisan Karya Ilmiah Berprinsip ESQ
165 (Satu Ihsan, Enam Rukun Iman, dan Lima Rukun Islam) sebagai Sarana
Pembentukan Karakter Mahasiswa
Karya tulis
ilmiah dihasilkan oleh orang yang bersikap ilmiah. Tanpa sikap ilmiah yang
cukup memadai, seorang penulis tidak mungkin menghasilkan karya tulis ilmiah.
Menurut teori dan pendapat para ilmuwan, ada tujuh sikap ilmiah yang diperlukan
penulis karya ilmiah, yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) kritis, 3) terbuka, 4)
objektif, 5) sikap rela menghargai karya orang lain, 6) sikap berani
mempertahankan kebenaran, dan 7) sikap menjangkau masa depan.
Itulah
sikap-sikap ilmiah yang diperlukan oleh penulis karya ilmiah. Lalu, apa itu
metodologi penulisan karya ilmiah berprinsip satu ihsan, enam rukun iman, dan lima
rukun islam? Metodologi penulisan karya ilmiah berprinsip satu ihsan, enam
rukun iman, dan lima rukun islam yang selanjutnya disingkat metode 165 ini pada
dasarnya merupakan sebuah metode dan konsep menulis karya ilmiah yang melibatkan
pembangunan kecerdasan emosional spiritual (ESQ) penulisnya.
Metode ini merupakan adaptasi dan aplikasi dari metode
ESQ karya bapak Ary Ginanjar Agustian yang diimplementasikan dalam kegiatan
menulis karya ilmiah mahasiswa. Karena metode ESQ oleh penggagasnya dimaksudkan
untuk membangun karakter dengan menggabungkan semua potensi yang diberikan
Tuhan pada manusia. Caranya dimulai dari menjernihkan hati dan emosi untuk
mengenal jati diri dan Tuhannya dengan (SQ) 1 prinsip ihsan, kemudian
dibentengi dengan 6 prinsip rukun iman membangun mental (EQ), dan melatihnya
dengan lima rukun Islam dalam langkah kehidupan (IQ). Penggabungan ketiga
kecerdasan itulah yang akan membuat mahasiswa sukses dan merasakan kebahagiaan
yang sejati dengan terbangunnya karakter mereka.
Secara rinci aplikasi metodologi penulisan karya ilmiah
berprinsip satu ihsan, enam rukun iman, dan lima rukun islam adalah sebagai
berikut.
a.
Aplikasi prinsip satu ihsan dalam penulisan karya
ilmiah adalah dengan menjernihkan hati dan melatih kecerdasan spiritual yang
telah kita miliki dengan mengenali dan menggunakannya, antara lain:
1)
Mulailah berpegang pada 3M, yaitu mulailah memunculkan
keinginan menulis karya ilmiah dari keinginan diri sendiri meskipun itu tugas
kuliah, mulailah mencoba menulis karya ilmiah dari sekarang jangan membiarkan
diri ketika suara hati muncul keinginan atau gagasan yang ingin dituangkan
dalam tulisan, dan mulailah menulis
karya ilmiah dari yang kecil atau yang sangat sederhana, misalnya dengan
menuliskan semua kegiatan yang akan dikerjakan atau yang telah dikerjakan oleh
diri sendiri seperti “buku harian”.
2)
Berdoa’lah dengan khusyuk untuk memulai menulis
karya ilmiah dan lontarlah belenggu dari keyakinan tidak mampu menulis karya
ilmiah karena “laa haula walaa quwwata illaa billahil aliyil adziim”.
3)
Mulailah menulis sebaik-baiknya jangan takut
salah karena Allah melihat kita tidak perlu mengharap penghargaan dari orang
lain, biarlah Allah yang menghargai.
4)
Lakukan istighfar setiap kali memeriksa kesalahan
diri (evaluasi diri) apabila belum bisa melaksanakan 3M di atas.
b.
Aplikasi prinsip enam rukun iman dalam penulisan
karya ilmiah adalah membangun mental (EQ) penulis, yaitu:
1)
membangun prinsip
dasar tauhid (iman kepada Allah) sebagai pegangan bagi penulis
karya ilmiah, antara lain:
·
Niatlah menulis karya ilmiah karena Allah, bukan
karena pamrih nilai, sanjungan teman atau pun dosen. Hasilnya, kita akan memiliki
integritas yang tinggi, yang merupakan sumber kepercayaan dan keberhasilan.
·
Jangan berniat atau berprinsip menulis karya
ilmiah selain kepada Allah.
·
Menulis karya ilmiahlah dengan bersungguh-sungguh
dan sebaik-baiknya karena Allah, dan ingatlah selalu Allah Yang Maha Tahu.
Hasilnya, kita akan mendapatkan hasil yang berbeda dan jauh lebih baik.
·
Berpedomanlah selalu pada sifat-sifat Allah,
seperi ingin selalu belajar, ingin selalu maju, ingin selalu memberi informasi,
ingin kreatif dan berinovasi, ingin berpikir jernih, dan ingin bijaksana dengan
menulis karya ilmiah.
·
Bangun kepercayaan dan motivasi menulis dari
dalam diri, karena kita adalah mahluk Allah yang sempurna, dan kita adalah
wakil Allah. Raihlah cita-cita dan harapan kita dengan kemauan yang kuat untuk
membaca dan menulis karya ilmiah.
·
Tetaplah berzikir dengan laa ilaaha illallah.
2)
memiliki prinsip
malaikat (iman kepada malaikat), sehingga penulis karya
ilmiah selalu dipercaya orang lain, antara lain:
·
menulislah dengan tulus, ikhlas, dan jujur
seperti sifat malaikat.
·
Ingatlah bahwa kita menulis karena Allah, bukan
karena yang lain.
·
Jadikan menulis karya ilmiah itu sebagai ibadah
kita kepada Allah
3)
memiliki prinsip
kepemimpinan (iman kepada Nabi Muhammad Saw) yang akan membimbig
penulis karya ilmiah menjadi penulis yang hebat dan berpengaruh, antara lain:
·
Berilah perhatian kepada semua orang dengan tulus
melalui tujuan dan manfaat dari penulisan
karya ilmiah kita.
·
Berilah perhatian dan lakukan kerja sama serta diskusi
kelompok dalam pembuatan karya ilmiah kelompok,
·
Ikhlaslah untuk selalu mengajari dan mendidik orang
lain yang memerlukan bimbingan dan pengetahuan dari pembuatan karya ilmiah kita,
·
Jagalah selalu sikap dan tingkah laku kita,
sesuai dengan isi karya ilmiah yang kita sampaikan, karena hal ini bisa meningkatkan
bahkan menurunkan kepercayaan pada diri kita.
·
Jadikan Rasulullah sebagsi suri tauladan.
4)
menyadari akan pentingnya prinsip pembelajaran (iman kepada Alquran) yang akan mendorong
penulis kepada kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain:
·
Bacalah buku-buku, perbanyak literatur sebagai
bahan pembuatan karya ilmiah, teruslah belajar.
·
Baca selalu situasi lingkungan kita. Angkat
sebagai topik permasalahan karya ilmiah kita. Pelajari dan analisa, ambil
selalu hikmahnya, kemudian upayakan suatu langkah perbaikan dan penyempurnaan.
·
Jadikan Alquran dan Alhadis sebagai sumber dalm
menulis karya ilmiah.
·
Bacalah isi dan ruang lingkup karya ilmiah,
nilailah kesesuaian tujuan penulisannya,
·
Perbaiki kembali kesalahan penulisan maupun
kekurangan isi karya ilmiah yang kita buat.
5)
mempunyai prinsip
masa depan (iman kepada hari kiamat), sehingga penulis karya
ilmiah mempunyai visi dan rekomendasi pengembangan keilmuan, antara lain:
·
Miliki dan tuliskanlah tujuan jangka pendek dan
jangka panjang penulisan karya ilmiah kita.
·
Bedakan mana tugas-tugas karya ilmiah yang harus
dikerjakan terlebih dahulu
·
Mulailah menulis karya ilmiah dengan do’a dan
target atau batas waktu penulisan karya ilmiah yang jelas,
·
Biasakan membuat karya ilmiah dengan komitmen dan
kekonsistenan.
6)
terakhir memiliki prinsip keteraturan (iman kepada Qada’ dan Qadar), antara lain:
·
Buat segala hal di sekitar kita serba teratur
dalam sebuah sistem termasuk membuat karya ilmiah.
·
Tentukan perencanaan atau outline karya ilmiah
kita secara jelas.
·
Tentukan organisasi isi karya ilmiah dan jadikan
kesemuanya dalam satu kesatuan yang isi karya ilmiah.
·
Buatlah jadwal dan rencana dalam membuat karya
ilmiah dan aktivitas kita semuanya harus serba teratur dalam sistem perkuliahan
kita dalam rangka melaksanakan tugas hidup sebagai Abd Allah dan Khalifah
Fil Ard.
c.
Aplikasi prinsip lima rukun islam dalam penulisan
karya ilmiah adalah membangun ketangguhan pribadi dan sosial penulis (IQ)
penulis, antara lain:
1)
Pertama, memiliki prinsip mission statement
yang jelas, yaitu berupaya untuk memperoleh makna dari dua
kalimat syahadat sebagai tujuan hidup, dan komitmen kepada Tuhan. Bentuk konkretnya
meliputi:
·
Menetapkan tujuan penulisan karya ilmiah.
·
Membulatkan tekad menulis hanya untuk mencari
ridho Allah.
·
Mengingat dan menjiwai sifat-sifat Allah serta
sifat-sifat Rasulullah dalam menulis karya ilmiah.
2)
Kedua, memiliki sebuah metode pembangunan
karakter (character building) melalui sholat lima waktu yang diaplikasikan dalam
menulis karya ilmiah. Bentuk konkretnya meliputi:
·
Melakukan solat lima waktu dengan disiplin dan
khusyuk sebagai bagian aktivitas keseharian kita justru bisa meningkatkan
produktivitas kita terhadap satu pekerjaan. Aplikasinya, ketika kita menulis
karya ilmiah, kita tinggalkan pekerjaan itu sesaat sebagai relaksasi yang
diperlukan tubuh kita agar hati, pikiran, dan tubuh kita kembali dalam
keadaan jernih dan fit selama menulis
karya ilmiah.
·
Pelajari syarat dan rukun solat serta makna bacaan
solat secara mendalam sebelum melakukannya. Aplikasinya, sebelum menulis karya
ilmiah kita harus memahami mekanisme penulisan karya ilmiah itu sendiri. Dan setiap
kata dan kalimat yang akan kita tulis dalam karya ilmiah pun harus kita ketahui
maknanya terlebih dahulu.
·
Berusahlah solat dengan khusyuk karena solat
adalah kunci penting untuk memelihara dan meningkatkan level kecerdasan emosi
dan spiritual kita secara keseluruhan dan berkelanjutan. Aplikasinya, kita
harus berupaya menghasilkan karya ilmiah yang terbaik dan jauh dari kesalahan
yang bersifat teknis maupun nonteknis. Oleh karenanya diperlukan penyuntingan
dan evaluasi dalam menulis karya ilmiah. Contoh: seberapa jauh komitmen dan
upaya serta kreativitas kita dalam menghasilkan karya ilmiah. Teruslah belajar
dan menggali ide/gagasan sepanjang hidup untuk meningkatkan kualitas karya
ilmiah kita.
3)
Ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri (self
control) yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Bentuk aplikasinya
meliputi:
·
Melakukan puasa Ramadhan dan sunah untuk
meningkatkan kemampuan kendali diri kita. Aplikasinya, menulis karya ilmiah
untuk meningkatkan kejujuran, kemampuan, dan kesabaran diri kita selama proses
penulisan karya ilmiah yang membutuhkan energi, pikiran, dan hati yang tidak
sedikit.
·
Jangan menggunakan puasa sebagai dalih
bermalas-malasan. Aplikasinya seorang penulis karya ilmiah harus menegakkan
sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh penulis karya ilmiah.
·
Lindungi puasa dari hal-hal yang membatalkan
puasa dan yang mengurangi pahalanya.
Aplikasinya, lindungi sikap ilmiah kita sebagai penulis karya ilmiah
dari faktor internal dan eksternal yang dapat merusaknya, seperti: tindak plagiat.
4)
Keempat, memiliki prinsip zakat sebagai sinergi, yaitu prinsip zakat
sebagai aplikasi dari seluruh prinsip sebelumnya dalam menulis karya ilmiah.
·
Lakukanlah zakat secara ikhlas. Selain menolong
orang lain, zakat akan melatih kita untuk mengeluarkan potensi spiritual kita
secara konkret. Aplikasinya, menulislah dengan tulus-ikhlas, keluarkan semua
potensi dalam menulis lalu publikasikan bukan karena tujuan ingin dihargai
sebagai penulis yang hebat atau tulisannya banyak. Dari penulis yang ikhlas akan
terbangun kredibilitasnya, terbangun landasan kooperatif dengan penulis yang
lainnya dalam kegiatan rujuk-merujuk pendapat dan pikiran masing-masing
penulis.
5)
Kelima, memiliki prinsip haji sebagai langkah total yang jelas, yaitu sebagai
transformasi dari pemikiran yang ideal yang telah tertuang dalam karya ilmiah
ke langkah nyata atau praktek.
·
Dalam haji ada ihram, wuquf, lontar jumrah,
thawaf, sa’i, dan jamaah haji. Aplikasinya, dalam menulis karya ilmiah penulis
harus memiliki kejernihan hati (ihram), komitmen dan integritas kepada Allah
Yang maha esa (thawaf), mau melakukan perjuangan mengumpulkan sumber data
penulisan, mengonsep, dan menulis karya ilmiah (sa’i), melakukan sinergi dan
kolaborasi serta penyintesisan atau meramu data dan berbagai pendapat yang ada
menjadi sebuah konsep atau teori (Jamaah haji), mengatasi tantangan baik faktor
internal maupun eksternal dalam menulis karya ilmiah (lontar jumrah), serta
melakukan pengeditan atau penyuntingan (wuquf). Hasilnya adalah suatu paradigma
kuat atau bangunan mental penulis yang terpatri kokoh dalam hati yang terdalam,
mengenai makna di setiap tahapan menulis karya ilmiah.
Dengan demikian,
menguasai dan memahami metodologi penulisan dan tahapan penyusunan karya
ilmiah, sekurangnya penulis karya ilmiah dapat menghindari kesalahan dan
meminimalkan kesalahan dengan merevisi kembali karya ilmiah yang kurang
sempurna menjadi karya ilmiah yang lebih sempurna. Sedangkan dengan memahami penjabaran
metodologi penulisan karya ilmiah berprinsip satu ihsan, enam rukun iman, dan lima
rukun islam diharapkan akan tercipta suatu sistem mental dan karakter penulis karya
ilmiah dalam satu kesatuan tauhid, yaitu mensucikan Allah SWT.
D. Nilai-nilai Karakter yang
Dibagun pada Mahasiswa melalui Kegiatan Menulis karya Ilmiah Berprinsip ESQ 165
Pembangunan karakter mahasiswa melaui kegiatan menulis
karya ilmiah berprinsip ESQ 165 diharapkan akan membentuk sikap ilmiahnya dan menanamkan
nilai-nilai: 1) kejujuran, 2) keingintahuan, 3) tanggung jawab, 4) kritis, 5)
keterbukaan, 6) objektif, 7) sikap rela menghargai karya orang lain, 8)
keberanian mempertahankan kebenaran, dan 9) sikap menjangkau masa depan. Nilai-nilai tersebut diambil dari Asmaul Husna yang
dijunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian manusia kepada sifat Allah yang
harus dimunculkan oleh penulis karya ilmiah:
1.
Kejujuran, adalah wujud
pengabdian kepada sifat Allah, Al Mukmin,
2.
Keingintahuan, adalah wujud pengabdian
kepada sifat Allah, Al ‘Aliim,
3.
Kritis, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al Muhshiy,
4.
Tanggung Jawab, adalah wujud pengabdian
kepada sifat Allah, Al Waakil,
5.
Keterbukaan, adalah wujud pengabdian
kepada sifat Allah, Al Adh Dhaahir,
6.
Keobjektifan, adalah wujud pengabdian
kepada sifat Allah, Asy Syahiid,
7.
Rela menghargai karya orang lain, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, As mi’ dan SaAl
Bashir,
8.
Keberanian mempertahankan kebenaran, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al Haqq, dan
9.
Visioner/Menjangkau masa depan. adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al Aakhir.
Kegiatan menulis karya ilmiah tersebut diharapkan mampu
mengembangkan potensi mahasiswa menjadi kemampuan-kemampuan keilmuan yang
didukung oleh kegiatan melalui jalur kokurikuler dan ekstrakurikuler. Jalur
kurikuler ujung tombak pembinaan adalah dosen pengampu mata kuliah serta
pengelola jurusan/program studi. Oleh karena itu sangat diharapkan setiap dosen
mempunyai komitmen yang sama dalam mengimplementasikan pendidikan karakter ini,
dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam muatan dan
tugas-tugas mata kuliah pada setiap tatap muka dengan mahasiswa.
Keberhasilan Pendidikan karakter bagi mahasiswa, tidak
hanya tergantung pada perencanaan yang rapi dan kelancaran pelaksanaan program,
namun juga tergantung pada keteladanan. Oleh karena itu perlu keteladanan dari
unsur pimpinan, dosen, karyawan, yang menjadi tuntunan bagi mahasiswa dalam
berperilaku dan bertindak.
Berkaitan dengan keteladanan ini Ki Hajar Dewantara telah
mewariskan asas-asas pendidikan yang masih relevan sampai kini dan yang akan
datang. Asas-asas pendidikan tersebut adalah momong, among, dan ngemong, sehingga
tercipta tertib dan damai tanpa paksaan sesuai dengan kodrat alam peserta
didik. Kodrat alam ini diwujudkan dalam bersihnya budi yang didapat dari
tajamnya angan-angan (cipta), halusnya perasaan (rasa), dan kuatnya kemauan
(karsa). Seorang pamong (guru) sebagai pemimpin dalam melaksanakan proses
pembelajaran tanpa paksaan melalui asas ing
ngarsa sung tuladha, di depan murid-muridnya guru memberikan tauladan, ing madya mangun karsa, di tengah murid-muridnya memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mau belajar keras menggali ilmu, baik melalui
pembahasan tugas-tugas, pekerjaan rumah, studi kasus, dan lainnya, serta tut wuri handayani, di belakang
memberikan bantuan, dorongan (empowerment),
bila peserta didik memerlukan selama proses pembelajaran (student centered active learning). (Hadiwaratama dalam http://www.kompas.com/ kompas-cetak/0204/30/dikbud/pend40.htm).
E.
Upaya Pembangunan Karakter Mahasiswa
STAIN Pekalongan melalui Kegiatan Menulis Karya Ilmiah Berprinsip Satu Ihsan,
Enam Rukun Iman, dan Lima Rukun Islam
Pendidikan karakter bagi mahasiswa STAIN Pekalongan
hendaknya dilakukan secara terintegrasi pada kegiatan kurikuler (melalui
perkuliahan dibawah koordinasi bidang akademik), kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler (dibawah koordinasi bidang kemahasiswaan). Pelaksanaan
pendidikan karakter berdasarkan prinsip 165 ini mengacu pada pedoman
implementasi pendidikan karakter dan pengembangan kultur STAIN Pekalongan,
bahwa pendidikan karakter bersifat komprehensip, sistemik, dan didukung oleh
kultur yang positif serta fasilitas yang memadahi.
Di samping itu, pengembangan kurikulum yang
dilakukan hendaknya bersifat holistik yang dapat mengembangkan kompetensi
mahasiswa pada ranah (a) kecerdasan spiritual yang diorientasikan untuk
meningkatkan kualitas mahasiswa di bidang keimanan dan akhlakul-karimah (akhlak
mulia), (b) kecerdasan emosional dan Sosial yang diorientasikan untuk
meningkatkan sensitivitas terhadap permasalahan sosial yang berkembang di
masyarakat, (c) kecerdasan kinestetik, dimaksudkan untuk meningkatkan
kebugaran, kesehatan, keterampilan, dan kedayatahanan mahasiswa dalam
meningkatkan daya saing bangsa, (d) kecerdasan intelektual, dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan
ekstra kurikuler sesuai dengan potensinya.
Selanjutnya, nilai-nilai target yang dapat diintegrasikan
dalam proses perkuliahan meliputi: (1) taat beribadah, (2) jujur, (3)
bertanggungjawab, (4) disiplin, (5) memiliki etos kerja, (6) mandiri, (7)
sinergis, (8) kritis, (9) kreatif dan inovatif, (10) visioner, (11) kasih
sayang dan peduli, (12) ikhlas, (13) adil, (14) sederhana, (15) nasionalisme,
dan (16) internasionalisme.
Adapun untuk strategi pengintegrasian pendidikan karakter
dalam proses perkuliahan dapat dilakukan bervariasi, disesuaikan dengan ciri
khas mata kuliah. Pencapaian target nilai-nilai yang dikembangkan tersebut
dilakukan secara bertahap. Pentahapan pencapaian target nilai-nilai tersebut
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Tahap Pengenalan, sasaran
pada tahap ini adalah mahasiswa pada
Semester I-II. Pada tahap ini program utama adalah succes skill
yang berupa kegiatan yang bertujuan untuk memberikan motivasi pada mahasiswa,
yang baru saja lepas dari masa pendidikaan di sekolah lanjutan ke jenjang
perguruan tinggi. Materi yang diberikan berisi pengenalan diri, pengenalan
nilai-nilai moral, kepribadian, dan pengenalan metode belajar di perguruan
tinggi khususnya metode penulisan karya ilmiah berprinsip ESQ 165.
2)
Tahap Penyadaran, sasaran
pada tahap ini adalah mahasiswa pada Semester III-IV. Pada tahap ini program
utama adalah pengembangan kreativitas mahasiswa. Kegiatan dilakukan melalui
organisasi kemahasiswaan baik tingkat perguruan tinggi, jurusan/program studi,
dan melalui unit-unit kegiatan mahasiswa. Melalui kegiatan-kegiatan ini
mahasiswa diharapkan tumbuh kesadarannya akan pentingnya membekali diri dengan
berbagai kemampuan untuk menghadapi masa depan yang penuh kompetitif.
3)
Tahap Pertumbuhan, sasaran
pada tahap ini adalah mahasiswa semester V-VI. Program utama pada tahap ini
adalah kegiatan-kegiatan yang berdampak pada pengembangan jiwa kepemimpinan,
kewirausahaan, dan peningkatan produktivitas dengan inovasi-inovasi baru.
4)
Tahap Pendewasaan, target
sasaran pada tahap ini adalah mahasiswa semester VII-VIII. Program utama
diarahkan pada pembentukan sikap dan kesiapan mahasiswa setelah lulus untuk
memasuki lapangan kerja atau menciptakan peluang kerja, kegiatannya berupa
pelatihan/workshop sukses meraih peluang kerja, pengembangan karir, job hunting, dsb.
Pentahapan program pembinaan kemahasiswaan tersebut
diharapkan dapat menjangkau sasaran seluruh mahasiswa baik melalui kegiatan
kurikuler, kokurikuler maupun kegiatan ekstra kurikuler. Dengan demikian ada
keterpaduan secara sinergis antara kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun
ekstra kurikuler. Melalui pembinaan kemahasiswaan secara berkelanjutan
diharapkan lulusan STAIN Pekalongan mempunyai bekal kemampuan akademik,
kepribadian yang kuat, jiwa kemandirian, serta kemampuan-kemampuan lain (soft
skill) yang menjadi ciri kepribadian yang mempunyai karakter bagus.
Secara rinci kegiatan pembangunan karakter mahasiswa
melalui kegiatan menulis karya ilmiah berdasarkan prinsip 165 pada tahap
pengenalan dalam semester I-II ini dapat dijelaskan melalui kegiatan kurikuler
dilakukan secara terstruktur dan terprogram melalui perkuliahan,
tahapan-tahapan yaitu (1) pelatihan dan pendampingan penulisan karya ilmiah
berdasarkan prinsip ESQ 165 yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru, kegiatan
ini dilakukan dalam masa TASKA (Ta’aruf Studi Kampus dan Akademik) STAIN
Pekalongan. Program ini hendaknya dilaksanakan dalam 1 hari dengan materi
pentingnya menulis karya ilmiah dengan berprinsip pada keseimbangan antara
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Dengan pelatihan
menulis karya ilmiah berdasarkan prinsip ESQ 165 ini diharapkan mahasiswa
mempunyai pemahaman tentang makna kehidupan dan penulisan karya ilmiah bagi
pribadi dan manusia yang lainnya. (2) Perkuliahan bahasa Indonesia, setiap
mahasiswa yang mengambil mata kuliah bahasa Indonesia, diberi kesempatan untuk
mendalami pemahaman materi penulisan karya ilmiah berprinsip 165 yang diampu
oleh dosen pendidikan bahasa Indonesia di STAIN Pekalongan. Melalui kegiatan
perkuliahan ini diharapkan setiap mahasiswa mempunyai pemahaman yang mendalam
terhadap penulisan karya ilmiah berprinsip ESQ 165, sehingga diharapkan
mahasiswa dapat menulis karya ilmiah untuk tiap mata kuliah yang diambilnya di
tiap semester sesuai dengan prinsip ESQ 165 yang dianutnya secara baik. Dengan
demikian mahasiswa akan selalu diingatkan agar menjalankan kegiatan menulis
karya ilmiah dengan dilandasi untuk beibadah sehingga tercapai keseimbangan
antara kebutuhan intelektual dan spiritualnya.
Adapun kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendukung dalam
rangka pembentukan karakter mahasiswa dapat dijelaskan melalui tabel berikut.
Tabel 1. Upaya Implementasi Pendidikan Karakter bagi
Mahasiswa
No
|
Jalur kegiatan
|
Jenis kegiatan
|
1
|
Kurikuler
|
Terintegrasi
melalui perkuliahan
|
2
|
Kokurikuler
|
Kegiatan terprogram
dan terstruktur:
Succes skill (ESQ
training, OSPEK)
Tutorial Pendidikan
Agama
Creativity training
Leadership training
Entrepreneurship
training
|
3
|
Ekstrakurikuler
|
Kegiatan yang
dirancang untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemaran mahasiswa:
Penalaran, Olahraga, Seni, Minat khusus
|
Pembangunan karakter mahasiswa melalui jalur
kurikuler seperti melalui kegiatan menulis ilmiah berprinsip ESQ 165 dan
didukung berbagai kegiatan kokurikuler serta ekstrakurikuler di atas diharapkan
dapat menghasilkan sosok mahasiswa yang (1) cerdas komprehensif
(cerdas spiritual, emosional/sosial, intelektual, dan kinestetik), (2) memiliki
kemauan dan kemampuan untuk berkompetisi, (3) memiliki kemampuan untuk
menuangkan daya kreasi, (4) mampu untuk menangkap ide-ide dosen dan
perkembangan lingkungan, (5) tanggap dan memiliki sensitivitas terhadap realita
kehidupan di masyarakat , dan (6) mendapatkan kesempatan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas
dan membangun jaringan baik di dalam dan di luar kampus. Untuk mewujudkan harapan-harapan
tersebut diperlukan upaya-upaya untuk mencapainya
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melalui kegiatan
menulis karya ilmiah berdasarkan prinsip ESQ 165 pada tahap pengenalan dalam
semester I-II ini dilakukan secara terstruktur dan terprogram melalui
perkuliahan. Kegiatan ini dilakukan
dengan memberi bimbingan kepada mahasiswa bahwa ketika memulai menulis karya
ilmiah, jangan pikirkan harus langsung membuat karya ilmiah yang bagus.
Teruslah berlatih dan belajar. Toh ada pepatah, all of the first draft are shits”, semua tulisan pertama pasti
kacau-balau. Sesuai prinsip pembelajaran ESQ 165 budayakan kebiasaan membaca
buku dan situasi, mebiasakan berpikir kritis, mebiasakan mengevaluasi tulisan
karya ilmiah, mebiasakan menyempurnakan tulisan karya ilmiah, dan milikilah
pedoman penulisan karya ilmiah. Dengan kata lain, setelah mendapatkan ide untuk
menulis tentang suatu masalah, maka siapkan bahan-bahan (referensi) yang dapat mendukung pengembangan ide tersebut menjadi
sebuah tulisan (karya ilmiah). Selanjutnya, tuangkan ide yang ada di pikiran
sesuai sistematika penulisan karya ilmiah dan perhatikan emosi dan mental serta
sikap yang perlu diperhatikan dalam penyusunan karya ilmiah.
Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan lulusan STAIN
Pekalongan akan menjadi manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang mempunyai
kemampuan untuk dapat mengendalikan diri, berlaku sabar, tahan uji dengan penuh
kesabaran, dan selalu bersyukur atas nikmat yang diterimanya, merupakan wujud
dari karakter manusia yang tangguh. Karakter manusia yang tangguh sangat
diperlukan bagi pembangunan bangsa. STAIN Pekalongan sebagai icon pendidikan
karakter di Pekalongan, diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai
karakter yang hebat, mempunyai bekal kemampuan akademik yang tinggi, pribadi
yang jujur, selalu ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, visioner, kuat, ulet,
mandiri, kreatif, dan mempunyai kemampuan managerial dan kepemimpinan.
F.
Simpulan
Penting bagi perguruan tinggi termasuk
STAIN Pekalongan untuk tidak hanya memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis
mahasiswa, tapi juga pembinaan karakternya agar mereka menjadi lulusan yang
siap secara akademis dan berkarakter. Dengan penyisipan dan pengintegrasian
pemahaman dan penguasaan berbagai kaidah penulisan karya ilmiah berprinsip ESQ
165 ini, mahasiswa STAIN Pekalongan diharapkan dapat menulis karya ilmiah dengan
baik dan benar sekaligus menjadi penulis karya ilmiah yang berkarakter. Karena
kegiatan menulis karya ilmiah berprinsip ESQ 165 merupakan sebuah metode dan konsep menulis karya ilmiah
yang melibatkan pembangunan kecerdasan emosional spiritual (ESQ) penulisnya. Program ini hendaknya menjadi keinginan
STAIN Pekalongan untuk membina karakter mahasiswa dengan menuangkan ke dalam
rencana strategisnya dan perancangan program yang sistematis dan terintegrasi.
Hasil dari program ini diharapkan secara langsung maupun tidak langsung merubah
karakter mahasiswa dan memberikan warna positif dalam suasana perkuliahan.
Untuk ke depannya, STAIN Pekalongan perlu perancangan pendidikan karakter yang
harus dan terus dilakukan dengan komitmen yang tinggi serta dilakukan usaha
perbaikan terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2007. ESQ
for Teens 1; Seri Petualangan ESQ; Why You Need ESQ; Zero Mind Prcess.
Jakarta: ARGA Publishing.
________. 2007. ESQ for Teens 2;
Mental Building With 6 Principles. Jakarta: ARGA Publishing.
________. 2007. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: ARGA Publishing.
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia.
Malang: Y3A.
Akhadiah, S. dkk. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Airlangga.
Alek dan Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Bahdin, Nur Tanjung dan Arbial.
2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cahyani, Isah. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen PI
Depag RI.
Chrisian, Wanda. 2005. “Upaya
Penerapan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa”. Dalam Jurnal Teknik Industri Vol. 1. Surabaya. On-line. Tersedia: http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
Djuharie, O. Setiawan. 2005. Panduan
Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.
Hadiwaratama, Online. Tersedia: http://www.kompas.com/ kompas-cetak/0204/30/dikbud/pend40.htm)
Karyanto, U. Budi. 2007. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
Berbahasa. Ende: Nusa Indah.
Kiswantoro, Agung. 2011. Membangun
Karakter mahasiswa. On-line. Tersedia: http://agungbae123.wordpress.com/2011/11/24/membangun-karakter-mahasiswa/
Nasucha, dkk. 2009. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
Sofyan, Herminarto. Implementasi
Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Kemahasiswaan. Yogyakarta: Makalah UNY. Tidak Diterbitkan.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
No comments:
Post a Comment