Selamat Datang di Blog Si Bejo - You deserve to get the best things in life

Wednesday 21 November 2012

SILABUS DAN RENCANA MUTU PERKULIAHAN ISU-ISU KRITIS PENDIDIKAN


YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
STIKAP YMI
Jl. Raya Simpang Tiga Sedayu Wonopringgo Pekalongan Telp. (0285) 4483711
 
SILABUS

 Program Studi : S1 MPI
Mata Kuliah    : Isu-isu Kritis Pendidikan
Jumlah SKS     : 3 SKS
Dosen Pengampu  : Muchamad Fauzan, M. Pd.

A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa yang telah mengetahui pengetahuan dasar mengenai pendidikan dan diperkaya dengan bahasan  isu-isu kritis pendidikan nasional yang perlu diketahui oleh mahasiswa yang akan melaksanakan tugas sebagai pendidik maupun praktisi pendidikan.
Mata kuliah ini pada dasarnya didesain untuk memungkinkan mahasiswa belajar secara aktif (student active learning) dan mandiri (self instructional). Pelaksanaan keseluruhan program mata kuliah ini, memerlukan 16 x 3 jam pertemuan mingguan.
Selanjutnya, peserta kuliah akan menulis makalah secara individual untuk ditampilkan dalam sesi diskusi yang diharapkan mahasiswa akan mempunyai cakrawala pengetahuan yang luas, adaptabilitas yang tinggi, dan ketajaman berpikir dalam menganalisa isu-isu kritis pendidikan tersebut serta mahasiswa mampu mempersiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing penyelesaian isu-isu tersebut dengan efektif dan efisien.
Adapun landasan normatif mata kuliah ini adalah generalisasi. Dengan landasan tersebut diharapkan mahasiswa akan terbiasa berpikir komprehensif, dalam mempelajari, memahamai dan mengembangkan suatu masalah. Untuk mengarahkan para mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini akan membahas topik-topik bahasan kuliah Isu-isu Kritis Pendidikan yang dengan sengaja dirancang sebagai rambu-rambu agar tidak keluar dari tujuan dasar mata kuliah ini.

B.     Standar Kompetensi Mata Kuliah
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan:
1.      Mahasiswa memiliki pemahaman tentang dinamika pendidikan masa kini,
2.      Mahasiswa memiliki bekal yang komprehensif mengenai isu-isu kritis pendidikan yang diharapkan mahasiswa tersebut  mempunyai adaptabilitas yang tinggi terhadap permasalahan tersebut, sehingga mampu mempersiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merespon masalah tersebut dengan cepat dan tepat.

C.    Strategi dan Metode Perkuliahan
1.      Metode pembelajaran: ceramah, resitasi, diskusi, pembelajaran aktif, dan pembelajaran kooperatif.
·         Ceramah
Dosen memberikan pengantar dan penjelasan dalam perkuliahan ketika membuka perkuliahan dan klarifikasi persoalan dalam perjalanan kuliah.
·         Presentasi
Semua mahasiswa wajib mempresentasikan makalah yang dibuat secara kelompok. Presentasi dilakukan secara berkelompok sesuai dengan urutan pokok bahasan mata kuliah.
·         Resitasi
Mahasiswa melacak, mengkaji, menganalisis,  dan mengumpulkan informasi belajar berbasis IT bersumber multi referensi.
a.       Tugas Kelompok: Mahasiswa membuat makalah dengan format tema sesuai dengan pokok bahasan dalam silabus (minimal 10 halaman, font Times New Roman, spasi 1,5, menggunakan minimal 4 buku referensi), disertai halaman sampul dan biodata singkat mahasiswa.
Makalah dengan sistematika sebagai berikut:
1)      Judul
2)      Pendahuluan (berikan ulasan mengenai makalah)
3)      Pembahasan meliputi kajian pada sub komponen.
4)      Penutup (simpulan dan saran)

b.      Tugas Individu (UTS)
Mahasiswa membuat makalah dengan tema/isu-isu kritis pendidikan sesuai pilihannya atau dengan tema/isu-isu kritis pendidikan sebagai berikut.
·         perkembangan pendidikan nasional dan permasalahannya,
·         kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan nasional dan permasalahannya,
·         peningkatan mutu pendidikan nasional dan permasalahannya,
·         peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan nasional dan permasalahannya
·         peningkatan pengelolaan pendidikan nasional dan permasalahannya.
(format minimal 10 halaman, font Times New Roman, spasi 1,5, menggunakan minimal 4 buku referensi, disertai halaman sampul dan biodata singkat mahasiswa, dan sistematika makalah disesuaikan dengan sistematika makalah pribadi).

D.    Materi Pokok/Topik Bahasan Tiap Pertemuan

Pert.
Materi Pokok /Topik Bahasan
1.
Informasi Perkuliahan dan Kesepakatan proses dan hasil penilaian perkuliahaan (Kontrak Belajar)
2
Pengantar Isu-isu Kritis Pendidikan
3
Problematika Pendidikan Nasional di Era Global
4
Kajian kritis terhadap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
5
Wajib Belajar Sembilan Tahun
6
Pendidikan Anak Usia Dini
7
Otonomi Sekolah dan Madrasah
8
UTS
9
BOS
10
E-Learning dalam Pendidikan Islam
11
Sertifikasi Guru dalam Jabatan
12
Pendidikan Profesi Guru
13
Akreditasi Sekolah dan Madrasah
14
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
15
Model Pendidikan Islam Berbasis Pluralisme
16
UAS

E.     Evaluasi Pembelajaran

No
Aspek
Persentase
1
Kehadiran
15%
2
Makalah Kelompok
20%
5
Makalah Pribadi (UTS)
30%
6
UAS
35%
Jumlah
100%

F.       Referensi:

Abdul Munir Mulkhan. (2002). Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: P.T. Tiara Wacana.
Abudin Nata. (2004). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Azyumardi Azra. (1999). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: P. T. Logos.
A. Malik Fajar. (2004). Rapat Kerja Menteri Pendidikan Nasional dengan  KOMISI VI DPR RI. Jakarta
Bashori Muchsin dan Abdul Wachid. (2009). Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung: Refika Editama.
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Indonesia Tahun 2006. Jakarta
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2006). Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Mardiatmadja. (1984). Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Purbo Sulistyo. (2006). Ada Apa Dengan Pendidikan Di Indonesia. http://www.sartini.staff.ugm.ac.id/
Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar
Raka Joni. (1981). Wawasan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Shene. H.G. (1984). Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Jakarta: Pustekom, Dikbud: CV Rajawali.
Susilo Bambang Yudoyono. 2006. Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Lebih Berkualitas. Jakarta: Pidato Presiden Republik Indonesia
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.
UNESCO. (1990). Treasure Within. Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-first Century. Paris: UNESCO Publishing
Zuhairini, dkk. (1997). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

G.      Komunikasi

Dosen bisa dihubungi di: 085640070931, e-mail: fauzan_btg@yahoo.co.id Weblog: si-bejo.blogspot.com


Mengetahui,
Ketua Jurusan


________________

Dosen Pengampu,
Mata Kuliah


Muchamad Fauzan, M. Pd

Contoh Proposal Penelitian




 Proposal Penelitian

MAKAM SYEKH MAULANA MAGHRIBI DAN
MAKAM KI AGENG PEKALONGAN
(Sejarah Lisan dan Urgensi Pengelolaannya bagi Peningkatan Aktivitas Sosial Keberagamaan Masyarakat Wonobodro Kecamatan Blado
Kabupaten Batang)


Diajukan untuk Memperoleh Dana Bantuan DIPA
Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (KOPERTAIS)
Wilayah X Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012


oleh:

Muchamad fauzan

A.    Judul Penelitian
MAKAM SYEKH MAULANA MAGHRIBI DAN MAKAM KI AGENG PEKALONGAN (Sejarah Lisan dan Urgensi Pengelolaannya bagi Peningkatan Aktivitas Sosial Keberagamaan Masyarakat Wonobodro Kecamatan Blado Kabupaten Batang)

B.       Abstrak
Penelitian ini dilakukan di desa Wonobodro Kecamatan Blado Kabupaten Batang yang terdapat makam Syekh Maulana Maghribi dan makam Ki Ageng Pekalongan yang setiap harinya tak sepi dari peziarah. Dengan kondisi demikian, penelitian ini dilakukan guna meneliti/mengungkap pemahaman masyarakat terhadap profil Syekh Maulana Maghribi dan profil Ki Ageng Pekalongan dan sejauh mana urgensi pengelolaan makam Syekh Maulana Maghribi dan makam Ki Ageng Pekalongan bagi peningkatan sosial keberagmaan masyarakatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif  dengan  metode yang digunakan adalah studi lapangan (field research).  Teknis analisis datanya adalah deskripsi analisis berdasarkan hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi, rekaman video, audio dan catatan lapangan kemudian dianalisis menurut teori yang dijadikan acuan dalam mengembangkan penelitian ini.

C.      PENDAHULUAN
Kabupaten Batang, khususnya Wonobodro, adalah sebuah desa yang memiliki aset budaya dengan karakteristik Islami yang khas. Di desa tersebut terdapat sejumlah situs bersejarah dengan sejarah lokalnya yang dapat menjadi daya tarik wisata religi, yaitu beberapa makam tokoh penting dalam proses Islamisasi di Kabupaten Batang, seperti: Makam Syekh Maulana Maghribi (SMM) dan Makam Ki Ageng Pekalongan.
Kharisma dan kesakralan makam Syekh Maulana Maghribi dan makam Ki Ageng Pekalongan[1] telah menarik perhatian umat Islam di Jawa Tengah (terutama di Ekskaresidenan Pekalongan) untuk berziarah ke tempat tersebut.
 Tradisi berziarah ke tempat itu telah berjalan lama. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, para peziarah baik secara perseorangan maupun rombongan berasal dari berbagai golongan baik dari golongan atas sampai menengah ke bawah. Pada umumnya, mereka dapat digolongkan sebagai pemeluk Islam tradisional yang masih memiliki tradisi ziarah yang kental dengan berbagai tujuan.
Satu hal yang menarik adalah bahwa tanpa promosi apa pun untuk memperkenalkan dan menawarkan wisata ziarah ke Wonobodro, para peziarah yang mengalir ke desa tersebut setiap tahun terus meningkat. Fenomena ini menunjukkan betapa besar potensi Wonobodro sebagai desa wisata ziarah Islami. Sebuah desa wisata ziarah apabila dikelola dengan segala kesungguhan dan profesional akan mendatangkan kesejahteraan dari segi ekonomi dan kebanggaan serta harga diri bagi warga masyarakatnya dari segi sosial budaya dan kebergamaannya.
Dari sudut positif, masyarakat Wonobodro dapat memberdayakan diri untuk memanfaatkan peluang dari arus kunjungan para peziarah, misalnya dalam hal penyediaan kebutuhan peristirahatan, penginapan, makanan dan minuman serta oleh-oleh bagi peziarah, tentu saja sesuai dengan nilai-nilai pelayanan yang memuaskan, seperti keramahan, kenyamanan, kejujuran di atas dasar tali silaturahmi sebagi muslim.
Dalam format yang lebih kecil kiranya Wonobodro juga memiliki berbagai aset sebagai desa wisata ziarah Islami, Dengan menggugah rasa handarbeni dari seluruh warga Wonobodro dan political will dari pemerintah Kabupaten Batang (baik lembaga eksekutif maupun legislatif), Wonobodro dapat dikembangkan menjadi salah satu desa wisata ziarah Islami di Kabupaten Batang, yang mendatangkan kesejahteraan dan kebanggaan seluruh warga desa Wonobodro.
Di samping itu, di era globalisasi ini, globalisasi telah menimbulkan begitu banyak masalah, dengan kemajuan yang luar biasa di bidang informasi dan interaksi manusia. Stackhouse menyebutkan adanya tiga dewa globalisasi yaitu dewa Mammon (materialisme), Mars (perang/kekerasan) dan Eros (pornografi). Tiga dewa ini seringkali berkolaborasi dalam kehidupan etika dan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga etika dan kemanusiaan pada umunya tidak bermakna lagi sebagai norma kehidupan. Dalam hal ini, peneliti ingin mengungkap bagaimana respons masyarakat dalam pengelolaan makam dan pengembangannnya bagi peningkatan sosial keberagamaan untuk mengelakkan diri dari pengaruh buruk globalisasi dengan pendampingan dari agama asli yang diyakini masyarakat.
Sejauh ini dari hasil survei, upaya-upaya untuk mengelola dan mengembangkan wisata ziarah telah dilakukan, namun terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan penyampaian informasi kesejarahan dari sebuah situs bersejarah oleh pengelola, yang tidak lain adalah para juru kunci termasuk pemahaman masyarakat terhadap profil makam Syekh Maulana Maghribi dan makam Ki Ageng Pekalongan. Ketika para wisatawan (peziarah) mendatangi objek wisata (situs makam), mereka masih kurang mendapatkan informasi kesejarahan yang memadai tentang objek wisata (situs makam) yang dikunjungi.
Selanjutnya, yang menarik untuk ditelusuri adalah tentang keberadaan makam Syekh Maulana Maghribi yang lebih dari satu di Kabupaten Batang. Seperti contoh makam Syekh Maulana Maghribi. Di desa Wonobodro dan desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman Kabupten Batang. Selain itu, masih ada banyak tempat pemakaman Syekh Maulana Maghribi yang lain dan makam-makam tersebut masih berfungsi dalam masyarakat dan didatangi para perziarah. Sebagai akibatnya, yang muncul adalah semacam pluralitas sejarah Syekh Maulana Maghribi, terbentuk dari cerita lisan masyarakat di daerahnya masing-masing. Dari cerita masing-masing muncul bermacam-macam sifat tokohnya serta informasi tentang kehidupannya yang digunakan untuk menciptakan gambaran umum Syekh Maulana Maghribi sebagai tokoh historis. Dan sebagian masyarakat yang belum paham, maka akan mendebatkan mana makam yang sebenarnya dan beranggapan bahwa makam-makam Syekh Maulana Maghribi selain di Gresik adalah petilasan, yakni peninggalan jejaknya saja bahwa beliau pernah berdakwah ke daerah tersebut.
Oleh karena itu, penggalian sejarah lisan atau folklor dalam arti yang luas (tidak hanya cerita rakyat/masyarakat) dapat dimanfaatkan untuk pengumpulan dan penulisan sejarah dan nilai-nilai sejarah lokal di Wonobodro. Dalam batas-batas tertentu sumber-sumber tertulis sezaman (karya sastra babad dan laporan perjalanan orang Portugis dan Belanda) dan keterangan dari ahli sejarah kabupaten Batang dapat dimanfaatkan untuk mengungkap sejarah lokal di daerah Wonobodro.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian dilaksanakan bertujuan dalam rangka mengungkap dan mendeskripsikan pemahaman masyarakat Wonobodro tentang sejarah makam dan profil Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan dan mengurai serta menggambarkan  pola pengelolaan makam tersebut bagi peningkatan sosial keberagamaan masyarakat Wonobodro.

D.      RUMUSAN PERMASALAHAN
Agar permasalahan tidak melebar dan pembatasan masalah menjadi jelas, peneliti memfokuskan untuk mengetahui pemahaman masyarakat Wonobodro terhadap makam dan profil Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan dan mengetahui pengelolaan makam tersebut untuk peningkatan sosial keberagmaan masyarakat Wonobodro.  Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap makam dan profil Syekh Maulana Maghribi?
2.      Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap makam dan profil Ki Ageng Pekalongan?
3.      Apakah urgensi/makna pengelolaan makam bagi masayarakat Wonobodro?
4.      Bagaimana upaya pengelolaan makam oleh masayarakat tersebut dalam peningkatan sosial keberagamaan masyarakat Wonobodro?



E.       Kerangka Konseptual
1.      Situs/Makam Bersejarah dan Sejarah Lokal sebagai Daya Tarik Wisata Religi
Situs[2] bersejarah merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah. Suatu tempat dikatakan memiliki nilai sejarah antara lain apabila: 1) di tempat itu terdapat benda atau peninggalan bersejarah; 2) merupakan tempat kelahiran, kemangkatan, dan makam tokoh penting; atau 3) merupakan ajang di mana peristiwa penting tertentu terjadi (peristiwa sejarah), yang dalam disiplin sejarah disebut dengan peristiwa pada masa lampau yang memiliki signifikansi sosial.
Menurut Abdullah (1990: 15), sejarah lokal adalah kisah pada masa lampau dari suatu kelompok atau kelompok-kelompok masyarakat yang berada pada “daerah geografis” yang terbatas (locality), misalnya desa, beberapa desa, atau kecamatan  Di Indonesia sejarah lokal masih belum banyak ditulis karena keterbatasan sumber. Oleh karena itu, sejarah lokal yang terdapat di suatu lokalitas tertentu yang terbatas itu masih berupa kisah-kisah yang dituturkan secara lisan oleh “pemilik sejarah” itu. Kisah-kisah tersebut merupakan memori kolektif (collective memory) masyarakat.
Tempat bersejarah dan sejarah lokal memiliki kaitan yang erat, karena tempat bersejarah memiliki sejarah lokal, dan sejarah lokal biasanya muncul di tempat bersejarah. Baik tempat bersejarah maupun sejarah lokal, dalam dunia pariwisata merupakan daya tarik wisata, karena keduanya memiliki keunikan yang tidak terdapat di tempat lain.
MacIntosh mengatakan bahwa salah satu motivasi orang melakukan perjalanan wisata adalah karena motivasi kultural (cultural motivation), yaitu motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk melihat aspek-aspek kultural masyarakat di lokalitas tertentu, yang antara lain mencakup: keinginan untuk melihat benda atau peninggalan bersejarah, seperti: monumen, masjid, candi, makam, piramid, dan adat istiadat bangsa lain, seperti: upacara adat, upacara keagamaan, dan lain-lain (Karyono, 1997: 44-47).

2.      Wonobodro Sebagai Potensi Unggulan Wisata Religi di Kabupaten Batang
Dalam era otonomi, tuntutan untuk menggali sebesar-besarnya potensi daerah demi kemandirian dan kesejahteraan masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Kemandirian daerah adalah terbangunnya sebuah jati diri daerah yang memiliki karakteristik tertentu, yang secara ekonomis menjadi andalan dan secara kultural menjadi kebanggaan warga daerah. Bertolak dari kerangka berpikir itu, maka upaya-upaya untuk mencapai kemandirian daerah untuk kesejahteraan masyarakatnya perlu dilakukan. Pariwisata merupakan salah satu bidang yang tentunya patut untuk dipertimbangkan dalam rangka pencapaian kemandirian dan kesejahteraan masyarakat itu.
Beberapa kota wisata ziarah di dunia telah berkembang menjadi kota yang indah, bernuansa religius, dan nyaman. Kota-kota tersebut membawa kemakmuran dan kesejahteraan tidak hanya bagi penduduk setempat, bahkan menjadi andalan ekonomi dan budaya bagi negara. Kota Mekkah dan Madinah telah tumbuh menjadi kota ziarah yang dikunjungi jutaan umat Islam dari seluruh dunia. Demikian pula halnya dengan kota Yerusalem, kota ziarah bagi umat Kristen, Yahudi, dan Islam yang dikunjungi jutaan umat bagi ketiga agama tersebut. Serta sebuah kota ziarah umat Katholik di Lourdes (Perancis Selatan), semula adalah kota kecil yang terpencil, telah berkembang menjadi kota yang indah, ramai, dan makmur, sejak kota itu menjadi tempat ziarah.
Dalam format yang lebih kecil kiranya Wonobodro juga memiliki berbagai aset sebagai desa wisata ziarah Islami, Dengan menggugah rasa handarbeni dari seluruh warga Wonobodro dan political will dari pemerintah Kabupaten Batang (baik lembaga eksekutif maupun legislatif), Wonobodro dapat dikembangkan menjadi salah satu desa wisata ziarah Islami di Kabupaten Batang, yang mendatangkan kesejahteraan dan kebanggaan seluruh warga desa Wonobodro.
Dalam kaitan dengan pembangunan daerah, Menurut Nuryanti (1992), bahwa daya tarik wisata situs perlu dikembangkan sesuai dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainability of tourism development). Oleh karena itu, pengembangan daya tarik wisata di Wonobodro pun perlu memperhatikan peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya; nilai-nilai agama, adat-istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat; kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; kelangsungan usaha itu sendiri.

3.      Penggalian Sejarah Lokal dan Pemanfaatannya untuk Penyusunan Buku Panduan Wisata Ziarah di Wonobodro
Dalam konteks pengembangan wisata ziarah, penggalian sejarah lokal dan nilai-nilai sejarah (historical values) atau makna sejarah (meaning of history) yang terkandung di dalamnya merupakan suatu yang penting untuk dilakukan. Hal ini tidak lain, karena objek wisata ziarah yang merupakan tempat bersejarah memiliki sejarah lokal dan nilai-nilai sejarah atau makna sejarah yang penting dan menarik untuk disampaikan kepada wisatawan sebagai salah satu bentuk pembelajaran sejarah. Dengan pembelajaran sejarah itu, wisatawan akan lebih mengapresiasi objek-objek wisata yang dikunjunginya.
Penggalian sejarah lokal dan nilai-nilai atau makna sejarah di dalamnya untuk mendukung bidang pariwisata mensyaratkan adanya penelitian sejarah dalam level tertentu sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini sejarawan dapat mengambil peran dan memberikan sumbangan dengan melakukan kerja profesionalnya. Penggalian itu dapat dilakukan dengan menerapkan standar penelitian sejarah dengan metode sejarahnya, yang terdiri atas empat tahap: heuristik (pengumpulan sumber), kritik (penilaian terhadap sumber), interpretasi (menghubung-hubungkan fakta sejarah), dan historiografi (penulisan sejarah).
Berbagai sumber sejarah baik lisan (sejarah dan tradisi lisan), tertulis (sumber sezaman dan buku), visual (foto dan gambar), maupun benda (artefak) dapat dimanfaatkan untuk kepentingan itu (Garraghan, 1957: 104-123). Wawancara sejarah dan tradisi lisan menduduki posisi yang penting dalam kegiatan itu, karena sejarah lokal seringkali dihadapkan pada keterbatasan sumber-sumber tertulis.
Demikian halnya dalam penggalian sejarah dan nilai-nilai sejarah lokal di makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan di Wonobodro. Upaya-upaya itu akan menemui kendala dalam penemuan sumber-sumber tertulis sezaman yang berupa naskah atau arsip, mengingat makam Syekh Maulana Maghribi di Wonobodro merupakan makam seorang tokoh penyebar agama Islam di Nusantara yang hidup pada Abad ke-17.  
Oleh karena itu, folklor dalam arti yang luas (tidak hanya cerita rakyat) dapat dimanfaatkan untuk penggalian sejarah dan nilai-nilai sejarah lokal di Ujungnegoro dan Wonobodro. Dalam batas-batas tertentu sumber-sumber tertulis sezaman (karya sastra babad dan laporan perjalanan orang Portugis dan Belanda) dan karya-karya yang telah ditulis oleh para sarjana baik Indonesia maupun asing (kebanyakan Belanda) dapat dimanfaatkan untuk mengungkap sejarah lokal di daerah Wonobodro. Sumber visual (dokumentasi foto yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Belanda dan yang lebih kontemporer) dan benda yang masih ada sampai sekarang sungguh sangat membantu dalam pengkontruksian sejarah dan nilai-nilai sejarah lokal Wonobodro.
Oleh karena Makam Syekh Maulana Maghribi dan makam Ki Ageng Pekalongan serta pengelolaannya merupakan kegiatan pokok pada studi ini yaitu: menelaah pemahaman masyarkat terhadap sejarah makam tersebut dan pengelolaannya. Sangat wajar apabila konsep penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai akibatnya tehnik pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian ini harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan persepsi, pendapat dan cerita berbagai orang di masyarakat sekitar makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan. Alur itu dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari kerangka pemikiran di atas sangat nampak peran tehnik ini, yaitu digunakan untuk mendorong pembicaraan mengenai rumusan masalah/topik penelitian dan juga untuk membandingkan pengetahuan serta pendapat para informan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Selain itu, tehnik ini digunakan untuk menentukan para informan mana yang dapat menjadi informan utama.

F.       Metodologi Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif  dengan  metode yang digunakan adalah studi lapangan (field research).
2.      Populasi, Sampel, dan Sumber Informasi
Populasi yang menjadi para informan utama penelitian ini termasuk masyarakat desa Wonobodro kecamatan Blado Kabupaten Batang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ‘Snowball Sampling’, yaitu, ada beberapa informan kunci yang diidentifikasi. Orang- orang tersebut kemudian memperkenalkan orang lain yang dianggap  dapat menjadi informan yang cocok. Kriteria yang digunakan untuk memilih para informan antara lain:
·         Asal seorang informan (yaitu dari Desa Wonobodro).
·         Pengetahuan seorang informan terhadap makam atau tokoh Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan
·         Pengalaman seorang informan berziarah ke makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan.
Informan kunci penelitian ini termasuk Juru Kunci makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan dan keluarganya, serta seorang tokoh penting dalam masyarakat di Ekskaresidenan Pekalongan.
Informan penelitian ini termasuk beberapa orang dengan berbagai usia dan tingkat pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, kebanyakan informan merupakan orang ‘asli Wonobodro’ dan beragama Islam. Faktor terpenting adalah pengetahuan dan pengalaman para informan terhadap makam dan tokoh Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan. Jadi sifat dan faktor lain tidak diutamakan.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai akibatnya tehnik pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian tersebut yang digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan persepsi, pendapat dan cerita berbagai orang di masyarakat sekitar makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut.:
a.       Focus Group Discussion Technique (FGDT): Tehnik ini digunakan untuk mendorong pembicaraan mengenai topik penelitian dan juga untuk membandingkan pengetahuan serta pendapat para informan. Selain itu, tehnik ini digunakan untuk menentukan para informan mana yang dapat menjadi informan utama.
b.      Wawancara: Wawancara yang semi-struktural juga menjadi tehnik pengumpulan data pokok dalam penelitian ini. Para informan diwawancarai secara semi-struktural, dimana daftar pertanyaan umum digunakan sebagai kerangka tetapi tidak diikuti secara ketat. Biasanya informan yang diwawancarai merupakan seseorang informan yang ikut dan berpartisipasi aktif dalam suatu ‘Focus Group Discussion’,  kemudian mereka diwawancarai sendirian dan secara mendalam. Oleh karena itu, dalam kasus tersebut adakaitan antara tehnik FGD dan wawncara. Selain itu juga ada para informan yang diwawancarai tetapi tidak berpartisipasi dalam Focus Group Discussion padahal mereka direkomendasikan oleh informan lain.
c.       Observasi Partisipasi/Catatan Lapangan: Dari tindakan menetap di wilayah penelitian selama periode penelitian tujuannya adalah berkesempatan mengamati kehidupan sehari-hari responden dan masyarakat desa Wonobodro. Sambil bergaul dengan orang setempat dan menyesuaikan diri dengan masyarakat tersebut, sebagai peneliti sebuah pengetahuan umum  mengenai hal-hal seperti nilai, pendapat dan kebiasaan (kondisi sosial keberagamaan) orang di wilayah penelitian dapat dikembangkan.Yang terutama diamati adalah hubungan sehari-hari orang dengan makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan. termasuk pembicaraan orang tentang makamnya serta keadaan dan peristiwa di tempat makam. 
4.      Tehnik Analisa Data
Data penelitian ini akan dianalisa secara deksriptif dan bertujuan untuk menemukan cerita lisan masyarakat Wonobodro mengenai baik tokoh maupun makam Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan..  Kemudian unsur-unsur yang mempengaruhi penciptaan ceritanya akan dianalisa,  termasuk dampak budaya dalam hal ini kondisi sosial keberagamaan masyarakat Wonobodro..

G.      Desain Penelitian
Sesuai semangat FGDT, langkah-langkah penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut.
a.       Persiapan penelitian. Seluruh instrumen program penelitian ini digali, dikembangkankan sesuai rumusan permasalahan oleh peneliti
b.      Tahapan upaya pengembangan potensi, Mengumpulkan para pengurus makam SMM secara terjadwal dalam FGD untuk menyimak pengarahan dari peneliti. Pengarahan dilakukan dalam rangka menentukan sampel sebagai informan kunci melalui FGD dan orang-orang tersebut akan mengarahkan/mengenalkan kepada informan kunci lainnya yang dianggap mampu memberikan data.
c.       Tahapan penanganan isu dan alternatif solusi permasalahan. FGD dilakukan untuk mengumpulkan bahan sejarah melalui wawancara kepada para juru kunci, ahli sejarah yang mengerti sejarah Syekh Maulana Maghribi dan Ki Ageng Pekalongan dan penggalian sumber sejarah dari buku-buku terkait.
d.      Tahapan rencana implementasi, kontrol, serta monitoring dan analisis.  Peneliti mengumpulkan, mengorganisasikan, mengonsep, menganalisis bahan sejarah berdasarkan hasil wawancara kepada para juru kunci dan penggalian sumber sejarah dari buku-buku terkait.
e.       Tahapan Penyajian.  Setelah peneliti mengumpulkan, mengorganisasikan, mengonsep, menganalisis bahan sejarah berdasarkan hasil wawancara kepada para juru kunci dan penggalian sumber sejarah dari buku-buku terkait, kemudian menyusunnya dalam sebuah laporan penelitian.

H.      Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Minggu Ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Penyusunan Proposal












2
Penyusunan instrument












3
Judgement Instrument












4
Pengumpulan data












5
Pengolahan data












6
Validasi Internal












7
Analisis akhir












8
Penyajian laporan












9
Pengiriman Laporan













I.         Anggaran Dana
Dana yang dibutuhkan dalam program ini sebesar Rp. 8.920.000,00 (delapan juta Sembilan ratus dua puluh ribu rupiah) untuk tiga bulan penelitan. Adapun rinciannya dapat dilihat pada bagian di bawah ini.
No
Deskripsi
Satuan
Jml
Vol
Harga satuan
Jumlah
1
HONOR PENELITI
Peneliti

Per orang

1

1

2.500.000

2.500.000
2
KESEKRETARIATAN
1.Bahan Habis Pakai
a. Kertas HVS A4 80gr
b.Cartidge BC Canon
c.Ballpoint
d.Stopmap
e. Kertas katon


Rim
Buah
Lusin
Lusin
Lusin


8
2
3
1
5


2
1
2
5



40.000
400.000
15.000
2.000
2.000


640.000
800.000
  90.000
  10.000
10.000
3
Biaya Hidup Selama  Pertemuan FGD
Org/keg
1
3
200.000
600.000
4
Konsumsi Pertemuan/FGD
Kegiatan
1
3
750.000
2.250.000
5
Laporan/publikasi
1.Review Hasil Penelitian
2.Diskusi hasil Penelitian
3.Penyusunan Draf laporan
4. Penggandaan Draf Laporan

Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Exlempar




1
2
1
5


300.000
300.000
750.000
75.000


300.000
 600.000
750.000
375.000


Jumlah Total




  8.920.000

J.        Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik. 1990. “Di Sekitar Sejarah Lokal di Indonesia”, dalam Taufik Abdullah, ed.. Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Garraghan, Gilbert J.. 1957. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press.
Kartodirdjo, Sartono. 1986. “Suatu Tinjauan Fenomenologis tentang Folklore Jawa”, dalam Soedarsono, ed.. Kesenian, Bahasa, dan Folklore Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nuryanti, Wiendu. 1992. “Pariwisata dalam Masyarakat Tradisional”. Makalah pada Program Pelatihan Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta.
Pendit, Nyoman S.. 1990. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.
PAR: Penelitian Yang Terfokus Pada Masyarakat. 2008. Harian Borneo Tribune, Edisi Minggu 28 Desember 2008.



[1] Dalam hal lain, nama Ki Ageng Pekalongan telah dipilih menjadi nama perguruan tinggi di mana peneliti mengabdi dan mendedikasikan diri dalam pencarian ridho Allah swt. Pemilihan nama “Ki Ageng Pekalongan” memberikan makna dan inspirasi yang sangat berarti dalam usaha merumuskan konsep pendidikan STIKAP-YMI Wonopringgo Pekalongan dan akan memberikan identitas (ciri khas tersendiri). Lihat makalah “Identitas dan Konsep Pendidikan STIKAP  Pekalongan” oleh H. Rozikin Daman, M. Ag.
[2]  Situs merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris “site” yang berarti tempat. Lihat John M. Echols dan Hasan Sadeli. Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris. Jakarta: Gramedia. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...